Minggu, 23 Oktober 2016

sejarah micki mouse

Sejarah Minnie Mouse

Sejarah Pertama Kali Minnie Mouse
Minnie Mouse adalah karakter kartun yang diciptakan oleh Ub Iwerks bersama Walt Disney. Minnie Mouse Muncul Pertama Kali di strip komik berjudul “The Gleam ” diterbitkan pada 19 – May – 1942 oleh Merril De Maris Dan Floyd Gottfredson pertama kali nya memberikan nama “Minerva Mouse” kemudian mendapatkan nama panggilan lain yaitu “Minnie”. Baik Micky maupun Minie Mouse pertama kali digambar oleh Ub Iwerks pada tahun 1928.

Minnie mouse mempunyai ayah bernama Marcus Mouse dan Ibu Margie Mouse keduanya berprofesi sebagai petani. Kakek Minnie Mouse bernama Marshall Mouse dan Maltida Mouse, keluarga Minnie Mouse yang paling terkenal adalah Millie dan Melody Mouse.

Minnie sangat menyukai makan malam,menonton film pada dasarnya menghabiskan sebanyak mungkin waktu bersam Mickey. Secara keseluruhan Minnie adalah pribadi yang manis, cantik, dan sangat menyenangkan, namun pada saat – saat tertentu marah dapat memberikan hal yang baik untuk Minnie.
Minnie adalah karakter yang berani, Minnie dapat berbicara apa pun yang minnie rasakan kepada siapapun yang Minnie hadapai. Minnie merupakan karakter yang sangat ke ibuan.


• . Menurut Mortimor Mouse Minnie Adalah Mantan Pacar yang meninggalkannya.
• Pengisi suara Minnie Mouse, Russi Taylor menikah dengan pengisi suara Micky Mouse Wayne Allwine.
• Menurut Walt Disney, Mickey dan Minnie mouse tidak pernah menikah di dalam film

Rabu, 19 Oktober 2016

                            LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKRIN )
PADA PERUSAHAANVALIBREE
CARA MEMBUAT GRADASI WARNA PADA COREL DRAW X7”
KOMPETENESI KEAHLIAN
TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

DISUSUN OLEH :
                                                  NAMA                : Aulia Fibriani
                                                  KELAS : XI B
                                                  NIS       : 398
 

SMK MAMBAUL FALAH
PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
Jl. Kudus Muria 10 km . Telp (0291) 420073
TAHUN 2015/2016



IDENTITAS SEKOLAH
SMK MAMBAUL FALAH

1.      Nama Sekolah                             : SMK MAMBAUL FALAH
2.      Nama kepala Sekolah                 : M.Noor Arifin, S.Ud.
3.      Alamat Sekolah
a.      Jalan                                       : Jl. Kudus-Colo Km. 10
b.      Desa                                        : Piji
c.       Kecamatan                             : Dawe
d.      Kabupaten                             : Kudus
e.       Provinsi                                  : Jawa Tengah
f.       No. Telephon                         : (0291) 420073
g.      Kode pos                                : 59353
h.      E-mail                                     : smkmambaulfalah07@yahoo.com
i.        Web                                        : www.smkmambaulfalah.com



LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
SMK MAMBAUL FALAH
TAHUN 2015/2016



Pembimbing DU/DI Instansi
Pembimbing Sekolah




ANISA M.S
ROSIDI S,KOM

Mengetahui
Kepala Program Keahlian TKJ
Pimpinan DU/DI instansi




Achmad Ridwan, S.Kom
Yonatan Susanto
Kepala
SMK MAMBAUL FALAH


M.NOOR ARIFIN,S,Ud



LEMBAGA PENGUJI PRAKTEK KERJA INDUSTRI
SMK MAMBAUL FALAH
TAHUN 2015/2016

Nama: AULIA FIBRIANI
Judul: Menginstal Corel Draw X7
Hari: Rabu
Tanggal: 6 April 2016
Jam:12.30 sampe selesai
        Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa, laporan Praktek Kerja Industri di SMK MAMBAUL ALAH, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas PRAKERIN di SMK MAMBAUL FALAH tahun 2015/2016
Mengetahui :
                                    
Penguji I
Penguji II




Nugroho Edi S, S.Dv
Filia Afriana, S.Pd






KATA PENGANTAR
            Segala puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat melaksanakan PRAKERIN dan juga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
            Laporan PRAKERIN ini kami susun berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami peroleh selama melaksanakan PRAKERIN ini di VALIBREE, yang dilaksanakan selama 2 bulan. Laporan ini disususn sedemikian rupa dengan tujuan dapat diterima dan dipahami oleh pembimbing serta dapat dipakai sebagai usulan adik-adik kelas yang nantinya juga akan melaksanakan PRAKERIN dan menyusun laporan.
            Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung . Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      AllahSWT yang sampai sekarang kami masih diberikan kemudahan dalam   penyusunan laporan ini.
2.      Bapak M. Noor Arifin, S.Ud, selaku kepala SMK Mambaul Falah Kudus.
3.      Mas Yonatan Susantoselaku pemilik perusahaan.
4.      Bapak Achmad Ridwan, S.Kom, selaku Kepala Jurusan Teknik Komputer Jaringan SMK Mambaul Falah Kudus.
5.      Bapak Rosidi, S.Kom, selaku pembimbing di Dunia Industri.
6.      Saudara Anisa, M.S selaku pembimbing prakerin di VALIBREE.
7.      Bapak dan ibu guru SMK Mambaul Falah yang telah membantu dan memberi dukungannya.
8.      Kedua orang tua yang telah memberi dorongan, semangat serta do.anya.
9.      Semua staf kariyawan yang telah banyak memberikan ilmu.
10.  Teman seperjuangan yang banyak memberikan saran dan kritik yang membangun.
11.  Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang senantiasa selalu membantu baik moral maupun materi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kami berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi kami, adik kelas kami dan khususnya pada pembaca atau masyarakat umumnya.
Penyusun


AULIA FIBRIANI



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................................i
IDENTITAS SEKOLAH  ............................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTEK....................................................................................iii
LEMBAR PENGUJI...................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...................................................................................................................v
DAFTAR ISI.................................................................................................................................vi
BAB IPENDAHULUAN............................................................................... ..............................1
1.1  Latar Belakang Masalah.......................................................... ..............................1
1.2  Rumusan Masalah.................................................................... ..............................2
1.3  Tujuan Praktek Kerja Industri................................................. ..............................2
1.4  Metode pengumpulan Data…………………………………………....................3
1.5  Sistematika Penulisan……………………………………………….....................3
BAB II      LANDASAN TEORI.................................................................. ..............................5
2.1Definisi Tentang Tema………………………………………………...................5
2.2 Definisi tentang judul............................................................................................5
2.3Definisi Tentang Aplikasi......................................................................................6
BAB III     RINCIAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI..............................................................7
3.1  Sejarah Perusahaan (DU/DI).................................................. ..............................7
3.2  Tempat dan Waktu Prakerin................................................... ..............................7
3.3  Struktur Organisasi (DU/DI).................................................. ..............................9
3.4  Progam Kerja (DU/DI) dan kegiatan di (DU/DI)………………........................10
BAB IV      PEMBAHASAN ......................................................................................................11
                4.1 Langkah Langkah Menginstal Aplikasi ShareIt………………….......................11
                4.2 Cara Menggunakan  Aplikasi ShareIt ………………………..….......................15
                4.3 Kekurangan dan Kelebihan Aplikasi ShareIt ……………………......................20
                4.4 Rekomendasi………………………………………………………....................21
BAB V      PENUTUP.................................................................................... ............................22
                   5.1 Kesimpulan...........................................................................................................22
5.2 Saran-Saran..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..................23
LAMPIRAN LAMPIRAN…………………………………………………………..................24






Senin, 03 Oktober 2016

SEJARAH DAN ASAL USUL DESA KAJAR

SEJARAH DAN ASAL USUL DESA KAJAR, KEC. DAWE, KAB. KUDUS

Gunung Muria merupakan salah satu dari sekian gunung yang ada di Tanah Jawa. Umumnya masyarakat Jawa, masyarakat sekitar lereng Gunung Muria pun percaya adanya mitos di sekitar mereka. Dari sekian banyak daerah di lereng Gunung Muria salah satunya adalah Desa Kajar. Desa Kajar terletak di kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Desa Kajar berbatasan dengan Desa Colo di sebelah utara, Desa Lau di sebelah selatan, Desa Bakaran dan Desa Ternadi di sebelah barat serta Desa Kuwukan dan Desa Cranggang di sebelah timur. Masyarakat Desa Kajar juga tidak lepas dari mitos terkait asal-usul nama desa mereka. Ada beberapa versi yang menyebutkan asal usul Desa Kajar, :
 

 Watu Ketan





Watu Lumpang

  1. Masyarakat Desa Kajar percaya bahwa asal usul nama Kajar berasal dari bahasa ArabHajar yang artinya Batu (Watu). Pemberian nama Kajar diyakini bahwa dulu daerah Kajar merupakan lereng gunung yang merupakan hutan belantara dimana terdapat banyak sekali batu besar. Masyarakat Desa Kajar meyakini bahwa nama kajar diberikan oleh Sunan Gunung Muria (Raden Umar Said) yang pada waktu itu kebetulan sedang melintas di daerah hutan belantara yang terdapat banyak sekali batu - batu besar. Kemudian Raden Umar Said memberi nama daerah tersebut dengan nama Hajar yang artinya batu, seiring berjalannya waktu nama Hajar berubah menjadi Kajar. (Sumber : Folklore Lisan masyarakat Kajar)
  2. Selain versi yang disebutkan di atas, sebagian masyarakat Kajar juga mempercayai bahwa nama Kajar bukanlah dari sekumpulan batu besar yang di ambil dari bahasa ArabHajar. Pemberian nama Kajar bermula dari kisah perjalanan Sunan Gunung Muria (Raden Umar Said) yang melakukan perjalanan guna menentukan tempat untuk membangun masjid. Mulanya Kanjeng Sunan melakukan perjalanan untuk menentukan daerah yang tepat guna mendirikan masjid, Ketika sampai pada suatu tempat beliau membuat sepasang watu lumpang dan alu untuk memasak. Tempat pembuatan watu lumpang dan alu tersebut sampai sekarang dikenal dengan daerah "Tlumpang" berasal dari kata watu lumpang. Sunan Muria beserta rombongan kemudian melanjutkan perjalanan, sesampainya di suatu tempat yang dirasa sudah cocok Sunan Muria beserta rombongan berhenti dan istirahat untuk memasak nasi. Sunan Muria kemudian menanak nasi di kuwali kecil, sebagian rombongan pergi sambil berkata "wah...nek ngenteni yo tengesah, lha wong masake neng kuali cilik yo mesti ora uman (wah..kalau nunggu ya sia-sia, masak nasi kok di kendil kecil ya nggak kebagian". kebetulan Kanjeng Sunan mendengar pembicaraan rombongan tadi. Kanjeng Sunan kemudian bersabda "wong kajar...pangananmu suk ki tunggak (orang kajar...besok makanmu itu tunggak -bagian dasar/paling bawah dari pohon-)". Kebetulan rombongan yang tidak sabar tadi adalah orang-orang yang bertempat tinggal di daerah sekitar watu lumpang. Sejak saat itu daerah sekitar watu lumpang di sebut daerah Kajar.
    Setelah Kanjeng Sunan selesai menanak nasi, ternyata kerbau Kanjeng Sunan beranjak dan berjalan ke tempat yang lebih tinggi, Kanjeng Sunan bersabda "mbangun mesjide ojo neng kene, nggone kurang duwur (membangun masjidnya jangan di sini, tempatnya kurang tinggi)". Masakan Kanjeng Sunan pun ditinggal begitu saja. Kanjeng Sunan terus mengikuti kerbau tadi berhenti, hingga tibalah di suatu tempat yang sampai saat ini terkenal dengan masjid Sunan Gunung Muria.
    Masyarakat Kajar percaya bahwa watu ketan (tempatnya berada di sebelah utara Bumi Perkemahan Kajar, di bawah Taqim Art Studio) adalah masakan yang ditinggal oleh Kanjeng Sunan saat akan mendirikan masjid. Watu ketan dan watu lumpangkeberadaanya pun masih bisa dilihat sampai saat ini.(Sumber : Mbah wi -Sanawi- dan De Su -Subekan-)


Demikian mitos asal-usul Desa Kajar, kec. dawe, Kab. Kudus yang sampai saat ini masih di percaya oleh masyarakat sekitar. Terlepas dari benar tidaknya mitos tersebut, mitos ini termasuk folklore bagian dari sebuah kebudayaan yang harus di jaga kelestarian dan keberadaanya. Semoga mitos ini dapat di wariskan kepada generasi penerus agar para generasi muda tidak lupa dan dapat mempelajari kebudayaan asli mereka. 

Sabtu, 17 September 2016

LEGENDA, MITOS, DAN EPOS DESA BESITO GEBOG KUDUS

LEGENDA, MITOS, DAN EPOS DESA BESITO GEBOG KUDUS


        Legenda Desa Besito
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, legenda merupakan cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Selain itu, legenda juga dapat diartikan sebagai suatu cerita yang berkaitan dengan kebenaran sejarah, dan kurang berkaitan dengan masalah kepercayaan supranatural. Atau legenda sengaja dikaitkan dengan aspek kesejarahan, sehingga selain memiliki pijakan latar yang pasti, seolah-olah mengesankan bahwa ceritanya memiliki kebenaran sejarah.  Namun sebenarnya cerita yang dikisahkan itu tidak memiliki kebenaran sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan (Burhan Nurgiyantoro, 2010:25-26).
Sebenarnya nama asli Desa Besito adalah Mbesito yang merupakan singkatan dari“mugo-mugo bisaha eling sakabehane insyaallah tentrem ora ono opo-opo”. Kalimat tersebut mempunyai makna bahwa orang yang memberi nama Desa Besito mempunyai harapan agar desa tersebut dapat selalu nyaman dan tentram. Sedangkan sejarahnya sendiri bermula pada zaman keraton Mataram. Zaman dahulu, keraton mataram sedang mengalami suatu permasalahan yang begitu serius. Kemudian raja mataram mengadakan suatu sayembara. Sayembara tersebut mencari orang yang dapat menyelesaikan masalah yang dialami oleh keraton tersebut. Sebagai imbalannya, bagi orang yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, maka orang itu akan diangkat sebagai patih di mataram. Kemudian berita tentang sayembara itu didengar oleh Ki Ageng Selo yang merupakan murid Sunan Kalijaga. Ki Ageng Selo berniat mengikuti sayembara tersebut, akhirnya beliau meminta restu kepada Sunan Kalijaga untuk mengikuti sayembara tersebut.
Setelah mendapat restu dari Sunan Kalijaga, Ki Ageng Selo mengikuti sayembara itu, dan akhirnya beliau memenangkan sayembara tersebut karena dapat menyelesaikan masalah yang ada di keraton mataram. Setelah memenangkan sayembara tersebut, Ki Ageng Selo menagih janji kepada raja mataram yang sebelumnya telah berjanji bahwa siapa saja yang dapat menyelesaikan masalah yang ada di keratonnya, maka orang tersebut akan dijadikan patih di keraton mataram. Namun, ternyata raja keraton mataram mengingkari janji dan tidak mengangkat Ki Ageng Selo menjadi patih. Karena merasa kecewa, kemudian Ki Ageng Selo pergi ke Kadilangu untuk membantu Sunan Kalijaga mengajar mengaji.
Ki Ageng Selo mempunyai dua orang anak, yaitu Suwargi Kerto Gento Kesumo dan Songko Sahilah. Kedua putra Ki Ageng Selo tersebut dimasukkan ke pesantren milik Sunan Muria di Colo. Setelah dewasa, kedua anak tersebut ingin mencari ayahnya yaitu Ki Ageng Selo. Kemudian mereka meminta petunjuk kepada Sunan Muria. Sunan Muria memberi arahan kepada mereka, beliau mengatakan bahwa mereka harus berpisah dan tidak boleh bersama dalam mencari ayahnya. Selain itu, Sunan Muria juga mengatakan bahwa jika mereka menemui jalan buntu, maka mereka harus berhenti dan mendirikan sebuah pesantren di tempat tersebut. Sedangkan jika jalannya tidak buntu, maka mereka harus meneruskannya. Sebagai murid yang berbakti kepada gurunya, mereka pun mengikuti perintah Sunan Muria tersebut. Kemudian mereka berpencar, yang satu ke barat dan yang satu ke timur.
Setelah Mbah Songko Sahilah sampai di Gemiring, ternyata beliau dihadapkan dengan daerah yang berair dan buntu, sehingga sesuai dengan perintah Sunan Muria yang mengatakan bahwa jika mereka menemui jalan buntu, maka mereka harus berhenti dan mendirikan suatu pesantren, maka Mbah Songko Sahilah pun berhenti dan mendirikan pesantren di daerah tersebut yang sekarang menjadi Masjid Gemiring Lor.  Demikian pula dengan Mbah Suwargi Kerto Gento Kesumo, setelah beliau sampai di Besito, ternyata beliau juga dihadapkan dengan jalan buntu dan berair atau yang disebut dengan telogo, kemudian beliau menghentikan perjalananya di daerah tersebut dan mendirikan sebuah pesantren yang sekarang menjadi punden mbah Suwargi Kerto Gento Kesumo atau yang lebih dikenal dengan Mbah Surgi yang terletak di dukuh telogo Desa Besito Kudus.
Dari legenda desa Besito tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa asal mula desa Besito bermula dari Mbah Suwargi Kerto Gento Kesumo yang mendirikan Pesantren di daerah telogo karena menemui jalan buntu ketika hendak melakukan pencarian ayahnya, Beliau pun berhenti di daerah tersebut karena mematuhi perintah gurunya yaitu Sunan Muria yang mengatakan bahwa jika beliau menemukan jalan buntu, maka Mbah Suwargi Kerto Gento Kesumo harus mengehentikan perjalanannya dan mendirikan sebuah pesantren di daerah tersebut.
Selain terdapat legenda Desa Besito secara umum, terdapat pula legenda pada setiap dukuh yang ada di Desa Besito di antaranya yaitu Dukuh Magangan, Dukuh Telogo, Dukuh Besito Lor, Dukuh Satu, Dukuh Kauman, Dukuh Modinan, Dukuh Tasgading, maupun Dukuh Bonalas. Berikut ini akan dijabarkan mengenai legenda di kedelapan dukuh tersebut.

Ø  Dukuh Magangan

Dukuh yang pertama yaitu Dukuh Magangan, sejarah terbentuknya Dukuh Magangan dimulai dari adanya proses pembuatan masjid di daerah tersebut. Pada saat itu, di daerah tersebut ingin dibangun sebuah masjid sebagai sarana mensyiarkan agama islam. Saat pembuatan masjid, banyak sekali pekerja yang ikut serta dalam proses pendirian masjid tersebut. Mereka yang ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut adalah masyarkat sekitar yang beragama islam. Karena banyak terdapat pekerja itulah, maka daerah tersebut dinamakan dengan Dukuh Magangan. Sedangkan untuk siapa orang yang memberi nama daerah tersebut menjadi Dukuh Magangan, masyarakat setempat mempercayai bahwa Mbah Longso adalah orang yang memberi nama daerah tersebut, karena di Dukuh Magangan terdapat makam Mbah Longso. 

Ø  Dukuh Telogo
Dukuh yang kedua yaitu Dukuh Telogo, sejarah terbentuknya dukuh ini sebenarnya tidak terlepas dari sejarah Desa Besito. Dukuh  ini dinamakan dengan Dukuh Telogo karena konon daerah tersebut merupakan daerah yang berair atau juga bisa disebut dengan daerah yang dikelilingi oleh air, yang kemudian disebut dengan telogo. Menurut kepercayaan warga setempat, pendiri dan orang yang menamakan daerah tersebut menjadi Dukuh Telogo adalah Mbah Surgi. Karena makam atau punden Mbah Surgi terdapat di dukuh tersebut.

Ø  Dukuh Besito Lor
Dukuh yang ketiga yaitu Dukuh Besito Lor, dukuh ini dinamakan Dukuh Besito Lor karena dilihat dari letaknya yang memang  berada di sebelah utara Desa Besito. Dukuh ini menjadi perbatasan antara Desa Besito dengan Desa Jurang. Pada zaman dahulu, Dukuh Besito Lor terkenal dengan daerah pengrajin benda pusaka, karena memang dulunya di daerah tersebut banyak terdapat pengrajin benda pusaka. Selain itu, benda-benda pusaka yang dihasilkan dari daerah tersebut pun terkenal dengan kualitasnya yang sangat baik, sehingga banyak orang yang membeli atau memesan untuk dibuatkan benda pusaka oleh para pengrajin yang terdapat di daerah tersebut.

Ø  Dukuh 1
Dukuh yang keempat adalah Dukuh 1, dukuh ini terletak di sebelah barat Desa Besito, tepatnya di daerah pasar mbabrik yang terdapat di sebelah barat Dukuh Kauman. Daerah tersebut dinamakan dengan Dukuh 1 karena Dukuh 1 merupakan dukuh pertama yang terdapat di Desa Besito. Selain bernama Dukuh 1, dukuh ini juga sering disebut dengan  Dukuh Krajan. Dukuh ini dinamakan Dukuh Krajan karena konon dulunya di daerah tersebut terdapat suatu kerajaan. Sedangkan untuk siapa yang mendirikan dan orang yang memberi nama dukuh tersebut adalah Mbah Surgi, karena Mbah Surgi sendiri merupakan pendiri dan orang yang memberi nama Desa Besito.

Ø  Dukuh Kauman
Dukuh kelima yaitu Dukuh Kauman, Sejarah Dukuh Kauman dimulai dari adanya seorang wali yang datang ke daerah tersebut untuk menyebarkan agama islam. Pada awalnya wali tersebut ingin menyebarkan ajaran islam dengan cara mendirikan sebuah masjid di daerah tersebut. Namun, karena saat itu masyarakat setempat belum mengerti apa yang dilakukan oleh beliau, maka proses pembangunan masjid dihentikan dan wali tersebut memutuskan untuk berdakwah secara langsung. Pada awalnya warga setempat yang beragama islam sangat sedikit, namun lama kelamaan warga setempat akhirnya banyak yang masuk agama islam. Sehingga kaum islam di daerah tersebut bertambah. Karena terdapat banyak masyarakat yang masuk islam itulah, maka daerah tersebut dinamakan dengan Dukuh Kauman.

Ø  Dukuh Modinan
Dukuh yang keenam yaitu Dukuh Modinan, nama Dukuh Modinan berasal dari kata “modin” yang berarti kyai. Daerah tersebut dinamakan Dukuh Modinan karena memang dulunya di daerah tersebut banyak terdapat modin atau kyai. Modin atau kyai yang terdapat di daerah tersebut sering berkumpul di sebuah masjid dan mensyiarkan ajaran islam di daerah tersebut. Selain itu, yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai pendiri Dukuh Modinan adalah Mbah Surgi, karena Mbah Surgi sendiri merupakan pendiri sekaligus pemberi nama Desa Besito.

Ø  Dukuh Tasgading
Dukuh ketujuh adalah Dukuh Tasgading, nama Dukuh Tasgading berasal dari kata “tas” dan “gading”, dalam hal ini yang dimaksud dengan gading adalah gading gajah. Dukuh Tasgading dulunya merupakan suatu daerah yang banyak tedapat warung pelacuran. Dulu di daerah tersebut ramai dikunjunngi oleh lelaki hidung belang dari berbagai lapisan masyarakat. Baik dari kalangan biasa maupun dari kalangan elit (kaya). Namun, kebanyakan laki-laki yang datang ke tempat tersebut adalah laki-laki dari kalangan elit. Mereka datang ke tempat tersebut dengan membawa tas mewah yang gagangnya terbuat dari gading gajah. Karena itulah, maka daerah tersebut dinamakan dengan Dukuh Tasgading.

Ø  Dukuh Bonalas  
Dukuh yang terakhir yaitu Dukuh Bonalas, nama Dukuh Bonalas berasal dari kata “kebon” dan “alas”. Dalam bahasa Indonesia, alas berati suatu tempat yang dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan sehingga menyerupai hutan. Dulu di daerah tersebut sama sekali tidak ada manusia yang menempati dan membangun tempat tinggal di daerah tesebut, sampai akhirnya ada seseorang yang bernama Mbah Sigawe yang mendirikan sebuah gubug di daerah tersebut. Mbah Sigawe sendiri dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai orang yang memberi nama Dukuh Bonalas. Setelah Mbah Sigawe mendirikan sebuah gubug di daerah tersebut, lama kelamaan orang-orang yang belum mempunyai tempat tinggal akhirnya datang ke daerah tersebut dan mendirikan sebuah tempat tinggal. Dan akhirnya daerah tersebut tidak lagi berupa alas tetapi berubah menjadi sebuah pemukiman.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada setiap dukuh yang berada di Desa Besito mempunyai sejarah yang berbeda beda meskipun terdapat dalam satu desa. Selain itu, untuk siapa yang memberi nama dukuh-dukuh tersebut pun berbeda. Misalnya saja pada Dukuh Magangan dan Dukuh Bonalas, pada Dukuh Magangan, yang memberi nama dukuh tersebut adalah Mbah Longso, sedangkan pada Dukuh Bonalas yang memberi nama dukuh tersebut adalah Mbah Sigawe.

     Dongeng Rakyat Desa Besito
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama  kejadian zaman dahulu yang aneh-anehyang bukan atau tidak benar(uraian yang panjang itu dianggapnya hanya belaka). Selain itu, dongeng juga merupakan salah satu bentuk dari cerita tradisional. Dongeng biasanya diceritakan secara lisan dan secara turun-temurun oleh orang tua kepada anak yang ceritanya mengandung nilai moral (Burhan Nurgiyantoro,2010:23).
Dahulu kala, pada suatu hari Mbah Surgi bersama putranya melakukan sebuah perjalanan ke kediaman Sunan Muria yang ada di daerah Colo. Mereka ingin mengaji ke tempat Sunan Muria. Karena belum ada kendaraan, maka waktu itu mereka pergi ke kediaman Sunan Muria dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan, anak Mbah Surgi menangis karena kelaparan. Sedangkan Mbah Surgi tidak membawa bekal. Mbah Surgi pun tidak tega melihat anaknya yang merintih kesakitan karena lapar itu. Kemudian Mbah Surgi mengambil sebuah batu dan  membungkus batu tersebut dengan sebuah serbet yang dibawanya. Mbah Surgi berkata kepada putranya bahwa batu yang telah dibungkus dengan serbet itu adalah sebuah makanan, padahal sebenarnya yang dibungkus dengan serbet itu adalah batu. Kemudian Mbah Surgi memberikan bungkusan tersebut kepada putranya yang menangis itu, namun Mbah Surgi melarang anaknya untuk membuka bungkusan itu, Mbah Surgi meminta agar putranya membuka bungkusan tersebut nanti ketika tiba di kediaman Sunan Muria. Putra beliau pun menuruti perintah ayahnya untuk tidak membuka bungkusan tersebut.
Hal ini dilakukan Mbah Surgi untuk mengelabui putranya dan agar putranya tersebut berhenti menangis. Usaha Mbah Surgi pun berhasil, Putra beliau akhirnya berhenti menangis karena percaya bahwa bungkusan yang diberikan ayahnya itu adalah makanan. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke kediaman Sunan Muria. Sepanjang perjalanan, putra Mbah Surgi tidak merintih kelaparan lagi, bahkan sangat semangat. Karena ia ingin cepat-cepat sampai di kediaman Sunan Muria dan memakan makanan dalam bungkusan yang dibawanya itu. Sesampainya di kediaman Sunan Muria, putra Mbah Surgi pun cepat-cepat membuka bungkusan yang dibawanya sepanjang perjalanan tadi. Dan ajaibnya, saat batu yang telah dibungkus serbet dibuka oleh putra Mbah Surgi, ternyata batu tersebut berubah menjadi ganyong atau yang sekarang sering disebut dengan jangklong.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jangklong merupakan makanan yang berawal dari kesaktian mbah Surgi yang dapat merubah sebuah batu menjadi makanan yang dinamakan jangklong tersebut. Hal itu bermula saat anak Mbah Surgi yang menangis karena kelaparan saat perjalanan menuju ke kediaman Sunan Muria untuk mengaji. Karena waktu itu Mbah Surgi tidak membawa bekal, maka beliau membungkus batu dengan serbet yang kemudian menyerahkanya kepada putranya yang menangis.Dan sesampainya di kediaman Sunan Muria, batu tersebut berubah menjadi jangklong.Nilai-nilai yang terkandung dalam Dongeng di Desa Besito antara lain:
1.      Nilai Kebenaran
Berubahnya batu menjadi sebuah makanan yang diberi nama jangklong merupakan suatu kebenaran/fakta. Tetapi jika dipikir dengan akal manusia/logika sangatlah tidak mungkin terjadi, karena sebuah batu tidak akan bisa berubah menjadi makanan, tetapi hal ini benar-benar terjadi pada zaman dahulu.
2.      Nilai Kebaikan/Nilai Moral (etika)
Ketika itu Mbah Surgi berpesan kepada anaknya untuk tidak membuka bungkusan serbet itu sebelum sampai di kediaman sunan muria, putra mbah surgi pun patuh terhadap pesan yang disampaikan oleh mbah surgi. Jadi dalam hal ini, dongeng yang terdapat di Desa Besito tersebut terdapat suatu nilai moral bahwa seorang anak hendaknya memang harus mematuhi perintah orang tuanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam dongeng rakyat di Desa Besito adalah adanya nilai kebenaran dan nilai moral atau kebaikan. Dari dongeng rakyat tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebagai seorang anak sudah seharusnya patuh pada perintah orang tua, karena pada umumnya apa yang diperintahkan orang tua kepada anaknya pasti akan berdampak baik pada diri anak tersebut. Selain itu,  dari dongeng tersebut juga terlihat bahwa orang tua pasti akan melakukan apapun untuk anaknya..
     Mitos di Desa Besito
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitos merupakan cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Mitos juga dapat diartikan sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supranatural yang lain. Mitos biasanya menampilkan cerita-cerita tentang kepahlawanan, asal-usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami mengandung sesuatu yang suci, yang gaib. Sebenarnya kebenaran suatu mitos dapat dipertanyakan, namun pada umumnya masyarakat tidak pernah mempersoalkannya (Burhan Nurgiyantoro,2010:24).

Di Desa Besito terdapat beberapa mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Mitos-mitos tersebut antara lain yaitu, di Desa Besito terdapat sebuah mitos yang mengatakan bahwa warga Desa Besito tidak boleh menikah dengan warga Desa Jurang. Katanya dulu sesepuh Desa Besito yang bernama Mbah Gempur berselisih paham dengan Mbah Wisono yang merupakan sesepuh Desa Jurang. Mereka berselisih paham karena Mbah Wisono cemburu dengan kesuksesan yang diraih Mbah Gempur. Akhirnya mereka berkelahi sejak matahari terbit sampai matahari terbenam. Setelah itu, kerena merasa tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang dan kalaupun pertarungan itu dilanjutkan tidak akan pernah selesai, akhirnya merekapun menghentikan perkelahian tersebut dan mbah Wisono mengatakan bahwa jangan sampai anak cucunya menikah dengan anak keturunan Mbah Gempur. Demikian pula dengan Mbah Gempur, beliau juga mengatakan bahwa jangan sampai anak cucunya menikah dengan anak cucu mbah Wisono yang ada di Jurang.
Konon jika sumpah dari kedua sesepuh tersebut dilanggar maka akan terjadi musibah yang menimpa rumah tangga pengantin yang menikah tersebut. Seperti salah satu dari pasangan tersebut akan meninggal, rumah tangganya akan berantakan, dan menjadikan rumah tangga pasangan tersebut tidak akan bahagia. Namun, semua hal itu tidak akan terjadi jika pasangan tersebut melaksanakan tulaknya (syaratnya) yaitu dengan menyembelih seekor domba dan dimakan bersama-sama dengan warga sebanyak enam puluh orang atau lebih dan tidak boleh kurang dari jumlah tersebut.
Selain mitos diatas juga terdapat suatu mitos yang mengatakan bahwa di makam Mbah Surgi dulunya terdapat seekor jelmaan harimau dan dua jelmaan ular, dan sampai saat ini katanya harimau tersebut juga masih berada di makam tersebut. Namun konon hanya orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus atau indra keenam saja yang dapat melihat harimau tersebut.
Jika ada seseorang yang datang ke makam Mbah Surgi dan mempunyai niatan yang tidak baik, maka konon orang tersebut akan diberi pelajaran oleh harimau yang terdapat di makam Mbah Surgi. Selain terdapat harimau, di makam Mbah Surgi juga terkadang terdapat dua ular yang menampakkan diri. Tidak seperti harimau yang hanya bisa dilihat oleh orang yang mempunyai kemampuan khusus saja, ular ini terkadang bisa menampakkan dirinya dan dapat dilihat oleh orang awam atau orang yang tidak mempunyai kemampuan khusus seperti indra keenam.
Selain itu  menurut narasumber ada juga mitos yang mengatakan bahwa anak cucu keturunan mbah Surgi di desa Mbesito tidak boleh membuat rumah beratapkan genting sampai tujuh keturunan. Namun mitos tersebut sepertinya sudah mulai ditinggalkan oleh para penduduk, karena penduduk asli di Desa Besito sudah dimulai dari keturunan ke delapan dan para penduduk lainya merupakan pendatang.
Dari Mitos di atas kami dapat menyimpulkan bahwa di Desa Besito berkembang suatu Mitos yang mengatakan bahwa warga Desa Besito dilarang menikah dengan warga Desa Jurang. Namun, sekarang ini masyarakat Desa Besito ada yang sudah tidak mempercayai hal tersebut. Karena terbukti dengan adanya warga Desa Besito yang menikah dengan warga Desa Jurang. Selain itu, di Desa Besito juga terdapat kepercayaan yang mengatakan bahwa di makam Mbah Surgi terdapat jelmaan seekor harimau dan dua ekor ular yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus yang menjaga makam mbah Surgi dari perilaku orang-orang yang berniat tidak baik. Adapula mitos yang mengatakan bahwa warga Desa Besito anak cucu keturunan mbah surgi tidak boleh membangun rumah beratapkan genting dari tanah liat, namun mitos tersebut sekarang sudah tidak dipercaya oleh warga sektiar dan tidak ada penjelasan yang jelas mengenai mitos tersebut.
Berikut ini merupakan larangan, hukuman, syarat dan waktu pelaksanaan mitos yang terdapat di Desa Besito:
No.
Larangan
Hukuman
Syarat
Waktu
1.
Warga Desa Besito tidak boleh menikah dengan warga Desa Jurang.
Adanya bala atau musibah yang akan diterima oleh pasangan yang telah menikah.
Adanya ritual dengan cara menyembelih domba yang kemudian dimakan oleh 60 orang.
Pada saat ada warga Desa Besito yang menikah dengan warga Desa Jurang.
2.


Datang ke makam atau punden Mbah Surgi  dengan niatan yang tidak baik.
Akan mendapat bala atau musibah.
-
Ketika ada orang yang datang ke makam Mbah Surgi.
3.
Selama tujuh keturunan anak cucu Mbah Surgi tidak boleh menjadikan genting sebagai atap rumah.
-
Penggunaan genting diganti dengan bahan lain.
Ketika ada yang mendirikan rumah.

Nilai-nilai yang terkandung dalam mitos di Desa Besito antara lain:
1.      Nilai Dominan
Bahwa banyaknya warga Desa Besito yang percaya dan masih menjunjung tinggi mitos di desa mereka, bahwa warga Desa Besito tidak boleh menikah dengan warga Desa Jurang.
2.      Nilai Moral
Adanya kepatuhan warga di kedua desa tersebut untuk tetap menjunjung tinggi kepecayaan adat istiadat di desa mereka.
3.      Nilai Immaterial
Yaitu peraturan adat yang ada di Desa Besito, bahwa warga desa mereka tidak boleh menikah dengan warga Desa Jurang.
4.      Nilai yang Mendarah Daging
Yaitu kebiasaan warga di Desa Besito untuk tidak melanggar pantangan yang terdapat di desa mereka, yaitu untuk tidak menikah dengan warga Desa Jurang.
5.      Adanya kecemburuan sosial antara Mbah Wisono yang merupakan sesepuh Desa Jurang dengan kesuksesan yang telah diraih Mbah Gempuryang merupakan sesepuh Desa Besito,yang mengakibatkan terjadinya pertikaian dan menjadi cikal bakal mitos warga Besito tidak boleh menikah dengan warga Jurang.
        Epos di Desa Besito
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia epos merupakan cerita kepahlawanan, syair panjang yang menceritakan riwayat perjuangan seorang pahlawan. Selain itu, epos jugadapat diartikan sebagai sebuah cerita panjang yang berbentuk syair (puisi)dengan pengarang yang tidak pernah diketahui, anonim (Burhan Nurgiyantoro,2010:26).
Di Desa Besito dulunya merupakan suatu daerah yang dipenuhi dengan veteran yang menjadi pahlawan kemerdekaan. Oleh karena itu, dulu terdapat suatu tugu veteran yang kemudian dibongkar dan dibangun tugu besito yang terletak di pertigaan samping SMK Raden Umar Said di Desa Besito. Salah satu tokoh pahlawan yang ada di Desa Besito adalah H. Abdul Salam. Konon beliau padazaman penjajahan dapat mengangkat kereta dan merubahnya menjadi pelepah pisang saat didekati penjajah Belanda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa di Desa Besito terdapat para tokoh kepahlawanan kemerdekaan yang dulunya juga sempat dibangun tugu veteran sebagai tanda penghormatan, namun sekarang sudah dibongkar dan diganti dengan tugu besito.  Dan salah satu tokoh pahlawan yang ada di desa tersebut adalah H.Abdul Salam yang mempunyai kemampuan luar biasa seperti dapat mengangkat kereta dan mengubahnya menjadi pelepah pisang.
Nilai-nilai yang dapat diambil dari epos Desa Besito adalah dari tokoh pahlawan H. Abdul Salam, sifat kepahlawanannya yang bisa mengelabuhi penjajah Belanda agar penjajah Belanda tidak jadi menjajah Desa Besito. Kemudian adanya tugu veteran, karena dapat melambangkan rasa nasionalisme. Jika nilai-nilai tersebut diajarkan kepada anak didik agar mereka dapat menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang untuk memerdekakan bangsa Indonesia dan diharapkan bisa menumbuhkembangkan rasa nasionalisme.
Di Desa Besito dahulunya merupakan suatu daerah yang dipenuhi dengan veteran yang menjadi pahlwan  kemerdekaan. Oleh karena itu, dulu dibangun tugu veteran yang sekarang sudah dibongkar dan dibangun tugu Besito yang terletak di pertigaan samping SMK Raden Umar Said di Desa Besito.  Di Desa Besito terdapat beberapa tokoh pahlawan dan salah satunya adalah H. Abdul Salam. Konon beliau pada zaman penjajahan dapat mengangkat dan merubah kereta api menjadi pelepah pisang pada saat dijajah Belanda, H. Abdul Salam melakukan hal tersebut bertujuan untuk mengelabuhi penjajah Belanda, agar penjajah Belanda untuk mengurungkan niatnya untuk menjajah Desa Besito.
Jadi dapat disimpulkan bahwa di Desa Besito terdapat tugu veteran yang sudah dibongkar kemudian dibangun tugu Besito. tokoh pahlawan yang ada di Desa Besito adalah H. Abdul Salam, karena beliau dapat merubah kereta api menjadi pelepah pisang yang bertujuan untuk mengelabuhi penjajah Belanda, agar penjajah Belanda tidak menjadi menjajah Desa Besito.